![]() | |||
Pict by pexels/Lisa Fotios |
Di sebuah desa bernama Desa
Bahagia, terdapatlah sekumpulan kurcaci yang hidupnya selalu bahagia.
Hari-hari
mereka lewati dengan senyuman, saling membantu, saling mengasihi dan hidup aman
nan tentram.
Desa tersebut memiiliki pemimpin yang adil dan bijaksana juga
rakyat kurcaci yang suka dengan ketertiban dan ketentraman.
Kurcaci-kurcaci di sana selalu mengisi waktunya dengan
kegiatan berguna. Tidak ada yang suka berdiam diri saja di rumah.
Pagi hari
ladang selalu ramai dengan para petani. Pasar juga ramai dengan orang-orang
yang berjualan dan yang ingin berbelanja. Jalanan selalu penuh dengan senyuman
dan sapaan.
Karena para Kurcaci di sana tidak ada yang memiliki kelakuan yang
buruk, hati yang bersedih dan hidup yang kekurangan.
Mereka tak pernah merasa
kekurangan karena selalu merasa cukup dengan apa yang mereka punya.
Kurcaci-kurcaci di sana pun tidak ada yang saling bermusuhan ataupun saling
menjatuhkan.
Maka dari itu desa tersebut diberi nama Desa Bahagia. Karena di
sana hanya ada kebahagian.
Cuplikan versi video
Di desa tersebut ada
beberapa anak kurcaci yang paaaling bahagia hidupnya.
Yang pertama bernama Gegentata.
Dia memiliki badan yang besar, kulit yang hitam legam, tapi tenaganya sangat
kuat. Ia selalu membantu orang-orang yang sudah tua untuk membawa belanjaan di
pasar tanpa imbalan.
“ Nek, sini biar Gegen
saja yang membawakan belanjaan nenek.”
“ Ou Makasih ya, Cu”
“ Iya, Nek”
Kedua bernama Lilimanis,
dia Kurcaci perempuan yang memiliki badan kecil, wajah yang selalu dihiasi
senyuman manis, suka menyapa dan ramah terhadap siapapun.
Dia juga suka
menghibur orang-orang dengan nyanyian dan suaranya yang merdu.
Syukuri
apaa yang ada. Hidup adalah anugrah tetap jalani hidup ini melakukan yang
terbaik…
Yang ketiga bernama Kokomi,
Kurcaci laki-laki yang memiliki badan kurus dan botak. Tapi dia bisa membuat
orang lain tertawa bahagia karena tebak-tebakannya dan tingkahnya yang lucu.
Teman
teman, siapa yang cukur rambut tiap hari tapi gak botak-botak?
Keempat bernama
Beriana, Kurcaci perempuan yang dandanannya selalu penuh warna. Kadang memakai
gaun pink, kucir rambut warna-warni.
Tapi dia sukaaa sekali memberi, berbagi
apapun yang ia punya kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Di kantong bajunya
tidak pernah ketinggalan permen-permen yang ketika di jalan ia akan
membagikannya kepada teman-temannya.
Kalau dia membeli sesuatu apapun itu,
pasti akan dibagikan juga kepada orang-orang di sekelilingnya.
“Permen, permen siapa
yang mauuu permennnn…..”
Namun.. suatu hari ketika
malam hari tiba, di saat semua kurcaci sedang asiknya tidur dan bergelut dengan
mimpi setelah seharian berkegiatan, hujan datangg begitu lebatnya beserta angin
kencang.
Dan ternyata karena hujan lebat tersebut, hanya dengan waktu satu jam
saja, sungai besar yang ada di desa mereka meluap ke daratan dan memuntahkan
air yang ada di sungai ke arah desa.
Malam itu para Kurcaci
ketakutan. Ada yang pasrah berdiam diri di rumah. Ada yang keluar mencari
tempat teraman.
Namun naas, banyak korban yang hanyut akibat banjir bandang
yang disebabkan hujan lebat malam itu. Hujan yang datang tiba-tiba dan baru
pertama kali banjir bandang sejak sepanjang puluhan tahun berdirinya desa itu.
Alhasil suasana desa
tiba-tiba suram, gelap, diterpa malam yang dingin bersama langit yang tiada
nampak bintang satu pun. Semua warga yang selamat mengungsi di tempat
pengungsian dengan sisa satu baju yang melekat di badan mereka masing-masing.
Desa bahagia malam itu
berubah menjadi sunyi mencekam setelah terjadinya banjir bandang. Rumah tinggal
puing-puing dan tiada lagi yang bisa diambil.
Jangankan bahagia, senyum
pun tak ada nampak lagi di sana. Bahkan pada wajah ke empat anak kurcaci yang
tadi sangat bahagia itu.
Mereka ada yang kehilangan keluarganya dan hanya bisa
pasrah. Gegentata, Lilimanis, Kokomi dan Berina.
Namun pada akhirnya badai
memang harus dilalui. Tiba-tiba matahari muncul dari balik gunung sana.
Kehangatan mulai dirasakan para kurcaci yang masih belum bisa menghilangkan
kesedihan hatinya.
Matahari terus menampakan cahayanya yang semakin terang
hingga berhasil memberikan energi baru bagi para kurcaci itu untuk membuka
matanya kembali.
Mereka baru sadar hari tidaklah selamanya gelap. Nyatanya
tetap ada cahaya setelah itu
Gegentata yang sejak
malam diam saja, mulai bangkit dan melihat sekitar. Ternyata ada banyak yang
harus mereka kerjakan. Merapikan puing-puing yang tersisa, mengangkat dan menyusun
apa-apa yang sangat berantakan setelah banjir di desa Bahagia
Melihat Gegentata, Berina
pun merasakan energi baru juga. Ia merogoh kantong-kantong bajunya dan
menemukan beberapa permen yang masih tersisa.
Kemudian dia melihat anak-anak
kurcaci lain yang sedang bersedih lalu memberikan permen-permen tersebut.
Senyum pun terbit dari wajah wajah itu. Kemudian mereka bermain bersama dan
ikut membantu Gegentata dan para warga kurcaci lainnya.
Begitupun dengan Kokomi
dan Lilimanis. mereka mendatangi para kurcaci yang masih terpuruk dengan
keadaan itu dan Kokomi yang jago tebak-tebakan juga melucu langsung memberikan
hiburan untuk mereka, Lilimanis yang dikenal dengan keramahtahannya dan
kemerduan suaranya mulai ikut juga berusaha menghibur para pengungsi yang masih
bersedih di sana dengan nyanyian-nyayian indah.
Dengan keadaan desa yang masih berantakan dan porakporanda
para kurcaci pun memutuskan tetap berusaha bangkit dari rasa sedih itu.
Mereka
mulai mengalahkan kesedihannya dengan semangat bersama.
Mengembalikan lagi
hal-hal yang dulu pernah mereka lakukan ketika desa ini masih utuh dan hanya
ada kebahagiaan.
Saling memberi, saling mengasihi, saling membantu, saling
peduli dan menghibur satu sama lain juga menganggap bahwa yang terjadi saat ini
adalah ujian dari Tuhan untuk meningkatkan tingkat kebahagiaan mereka di masa yang
akan datang.
Ternyata benar,
kebahagiaan di Desa Bahagia selama ini bukan dari kebahagiaan yang datang
dengan sendirinya, bukan dari harta melimpah yang mereka miliki, bukan juga
dari desa yang tidak pernah kekurangan apapun.
Tapi karena selama ini mereka
merasa cukup dengan apa yang ada, merasa menerima dengan apa yang mereka
terima. Mencoba untuk tetap tersenyum dan tertawa dari hati dan saling peduli
adalah kunci dari adanya Desa Bahagia ini.
Desa Bahagia pun kembali
bangkit. Puing-puing rumah mulai dirapikan. Mereka saling membantu untuk membangun
kembali apa-apa yang telah runtuh. Mencoba merelakan apa-apa yang telah pergi.
Menerima apapun yang dikehendaki Tuhan pada diri mereka.
Desa bahagia mulai
kembali seperti sedia kala. Lilimanis datang dari ujung jalan. Menyanyikan
sebuah lagu yang sangat ia suka.