Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kotak Cerpen

CERPEN - SAHABAT POSESIF

pic by pexels "Terus aku gimana? Kalau kamu nikah, kita gak bisa ketemu lagi, dong?" Lana mengeluh kepada Galang ketika tahu kalau sebentar lagi, sahabatnya itu akan menikah.  Pantesan belakangan ini, Galang sering menghilang tiba-tiba. Tidak seperti biasa yang setiap saat ada untuk Lana, kapanpun wanita itu minta. Ternyata ada sesuatu yang ia sembunyikan. Ya, apalagi ... kalau bukan rencana pernikahannya.  "Bisa. Tapi, ya, gak seintens dulu. Aku kan udah ada  istri nanti," jawab Galang, antara sedih dan senang.  "Jangan nikah dulu, dong," pinta Lana tanpa memikirkan perasaan Galang.    instagram/__shinyeeun "Astagfirullah. Aneh lu!" Galang membeliak.  "Nasibku gimana entar?"  "Ya, pinter-pinter kamulah. Udah gede juga. Masa mau aku temeni mulu?" Sudah berpuluh tahun berlalu sejak Galang hadir ke dalam hidup Lana, membawa gadis itu keluar dari rasa sepi dan takut akan dunia.  Gadis pendiam berumur 13 tahun yang trauma karena k

CERPEN - TIDAK ADA KEAJAIBAN SEPAGI INI

                     pic by pexels/lisafotios Keajaiban itu datang bersama kelebat angin yang berhembus Keajaiban itu datang seperti cahaya fajar dan senja yang memancar Keajaiban itu menyelip di antara bintang-bintang yang berkelip. ____ Aku baru saja tiba sore hari dan disambut tangis berderai darinya, wanita kesayanganku. Dia memegangi kedua tangan ini sambil menatapku nanar. Menggoncang-goncangkan tubuhku sambil tersedu. “Keajaiban itu ada kan, Dek? Arif pasti sembuh kan? Ya, kan?” Ah, pertanyaan itu. Ternyata dia benar-benar mendengarkan nasihatku kemarin. Keajaiban itu selalu ada, Kak. Dia datang melalui apapun. Arif kuat. Dia pasti sedang berjuang untuk tetap hidup . Sore kemaren aku menguatkannya dengan kata-kata itu dan hari ini dia menagihnya. Seakan akulah yang pantas memberikan keajaiban itu. Bahkan aku tak mampu untuk sekadar menjawab. Mungkin hanya pelukan  yang bisa kuberikan untuk menghangatkan hati dan pikirannya yang sedang tak karuan saat itu. Anaknya bel

Ri!

Sumber gambar: pexels.com/skitterphoto [Cerpen] Ri, hari ini ruangan sunyi. Tapi nyamuk tak mengizinkanku menikmati sunyi itu. Seakan mereka menarik-narikku untuk segera bangkit. "Ayo, bangun" Ri, mataku masih ingin terpejam. Namun seakan nyamuk sengaja deh mengepakkan sayapnya dan menjerit-jerit lebih keras di dekat telingaku. Nyamuk tetap saja bilang, "pokoknya harus bangun!" Ri, hari ini masih sangat gelap dan sunyi. Kentongan satpam baru saja terdengar dua kali tadi. Tapi seakan-akan nyamuk arogan itu membuat hari sudah beranjak dari gelap dan aku harus membuka mata. Ri, aku tak tahu harus apa setelah ini. Bahkan aku masih bingung mau berpikir apa sembari kupandangi empat sudut langit-langit kamarku bergantian dengan tetap membiarkan selimut menutupi badan hingga leherku. Nyamuk tak lagi bersuara, Ri. Aneh. Tadi sepertinya dia yang paling berisik sepanjang waktu. Hanya satu atau dua ekor saja. Tapi seperti punya jurus seribu bayang hanya untuk