Langsung ke konten utama

Cara Mengatasi Kesulitan Menulis Setelah Lama Mangkir dari Dunia Kepenulisan

Menjadi penulis memang gampang-gampang susah. Gampangnya, karena tinggal menulis saja. Susahnya, kalau di kepala tidak ada bersarang ide sehingga tidak tahu apa yang mau ditulis, atau ada, tapi kesibukan lain begitu menyita waktu.


   pic by pexels


Alhasil, banyak penulis yang tadinya terlihat, tiba-tiba hilang dari peredaran. 


Apa yang mereka lakukan? Entahlah, yang pasti tidak sedang menulis. 


Ada yang healing, fokus ke kesibukan wajib sehari-hari, atau mencari suasana baru yang sudah pasti jauh dari kegiatan tulis menulis. 


Lalu, bagaimana jika tiba-tiba pengin menulis lagi, tapi ternyata kesulitan karena sudah terlalu lama hiatus alias berhenti menghasilkan tulisan?


Nah, beberapa cara yang pernah aku lakukan di bawah ini, mungkin bisa menjadi jawaban untuk kamu juga yang sedang kesulitan memulai setelah sekian lama tidak menulis. Yuk, baca!


1. Cek Kembali Niat Kamu Menulis

Semua tergantung niat. 


     pic by pexels

Niat atau tujuan adalah penentu utama seberapa cepat kamu bergerak untuk mencapai sesuatu. Untuk apa kamu menulis? Apa yang ingin kamu dapatkan di masa depan dengan menulis? Kebahagiaan? Uang, atau apa?


Masalahnya, niat ini ibarat air. Gampang goyang walau cuma disenggol pelan.


Namun kalau sudah tenang, tanpa gelombang besar apalagi badai, kapal berlayar di atasnya pun bisa berpeluang besar sampai tujuan dengan selamat tanpa kendala berarti. 


Begitupun dengan niat di hati kita. Jika lurus saja tanpa berubah-ubah, pasti semangat kita juga tetap sama dari waktu ke waktu. 


Tapi kembali lagi, namanya juga hidup, ya. Tidak mungkin tenang-tenang terus. Pasti ada saja masalah yang terjadi. Dan, terkadang bisa memengaruhi semangat kita untuk menulis. 


Nah, dengan mengecek ulang niat dalam hati, apakah masih tetap atau selama ini belum tepat, maka kita bisa segera memperbaikinya.


Mungkin saja, selama ini niat kita hanya untuk mengisi waktu luang. Jadi, saat tidak memiliki waktu luang yang tersisa lagi, otomatis semangat untuk menulis itu pun perlahan redup. 


Sedangkan jika tujuan kita lebih urgensi dan jangka panjang, misalnya, untuk menyebar kebaikan atau sebagai ladang amal, bisa jadi, semangatnya akan jauh lebih baik, bukan? 


2. Ikut atau Aktif Lagi di Komunitas Menulis

Memiliki niat saja sebenarnya belum cukup. Masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk mendukung semangat, rasa percaya diri serta penambahan ilmu dan wawasan melalui lingkungan yang kita punya. 

  pic by pexels

Nah, dengan mengikuti sebuah komunitas yang memiliki kesukaan serta tujuan sama, bisa menjadi bagian dari pendukung atau support system. 


Jadi, jika dulu mungkin kamu sudah pernah mengikuti komunitas-komunitas menulis, coba deh mulai kembali aktif lagi. Ciptakan interaksi positif dan komunikasi baik dengan para anggotanya. 


Bagiku, hal ini sangat mampu loh membangkitkan kembali rasa percaya diri dan semangat kita untuk menulis. 


Tapi ingat, cari dan pilih komunitas yang benar-benar aktif dan seru, ya. Jadi bisa lebih efektif menularkan energi positif mereka ke kamu. 


Karena banyak bertebaran komunitas menulis, tapi tidak semua aktif atau bahkan sebenarnya sudah bubar jalan.

3. Bongkar-bongkar Dokumen Lama 

Bernostalgia adalah cara ampuh untuk menciptakan rindu. Rasa rindu bisa memberimu kekuatan untuk menemukan momen pertemuan. Eaak.

pic by pexels


Coba deh, baca kembali tulisan-tulisan lamamu di manapun ia berada. 


Dengan melihat dan membacanya kembali, secara otomatis ingatanmu akan kembali menunjukan momen kapan tulisan itu kamu tulis.


Mungkin saja saat itu, kamu sedang semangat menulis, atau saat menuliskannya, kamu sedang bersama teman-teman penulis yang kemudian ingin kamu temui dan saling mendukung. 


Apapun itu, menurutku, bernostalgia dengan tulisan dan kenangan-kenangan dari masa yang telah berlalu, bisa menimbulkan semangat dan keinginan untuk kembali menulis. Coba, deh. 



4. Mulai Aktif Membaca Lagi

Bohong sih kalau pengen jadi penulis, tapi membaca saja tidak pernah. 

    pic by pexels


Kecuali kalau kamu melihat penulis dari sisi lain. Misalnya, terinspirasi dari penulis keren, penulis banyak uang atau penulis yang bisa jalan-jalan keliling dunia. 


Dan tanpa sadar membuat kamu ingin seperti mereka. Sayangnya, kamu kira semua itu bisa didapatnya dengan mudah. 

Tanpa mau melihat perjuangan luar biasa penulis di balik kekerenan itu. 

"Ah, menulis doang. Gampanglah."

Padahal setelah dicoba, baru deh merasakan betapa menulis juga butuh usaha yang serius seperti pekerjaan lainnya.  


Bukan cuma menulis-nulis doang seperti anak SD. Hadeh.


Ketahuilah bahwa definisi menulis di sini adalah proses menuangkan pemikiran-pemikiran di kepala ke dalam bentuk tulisan. 


Dan itu gak akan gampang kalau membaca saja kita masih ogah-ogahan. 


Gak perlu membaca semua buku dan gak perlu menjadi kutu buku. Cukup baca buku apa yang kamu ingin dan butuhkan.

Gak harus baca buku dan dibeli dulu padahal sedang bokek. Kamu bisa datang ke perpustakaan online maupun offline. Atau bahkan membaca artikel di website tepercaya. Intinya banyaki asupan ide dengan membaca. 

Layaknya pulpen yang tidak ada tintanya, tidak mungkin bisa digunakan untuk menulis. 


Begitupun dengan otak kita, jika tidak diberikan asupan pemikiran baru atau meng-upgrade yang lama, akan sulit bekerja untuk menuangkan pemikiran ke dalam benntuk tulisan. 


Mengapa harus dengan membaca? 


Karena wujud dari bacaan adalah tulisan. Dengan membaca, bukan hanya mendapatkan asupan baru, tapi juga terbiasa dengan struktur tulisan yang terlihat, sehingga memudahkan kita menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. 



5. Saatnya Mencoba Menulis Lagi

   pic by pexels

Sudah memperbaiki niat, aktif di komunitas, bernostalgia hingga menambah waktu untuk membaca, saatnya kamu mulai mencoba lagi untuk menuliskan sesuatu.  


Ya, apapun itu.

Bisa dimulai dari menulis jurnal keseharianmu, bahkan menulis status di Facebook atau Twitter tentang opini random, komentar dari kejadian terkini, atau apapun itu. 


Intinya, mulailah mencoba menulis kembali, satu per satu kata agar melatih otak untuk menciptakan ide-ide baru dan melemaskan jari-jari yang kaku karena lama tidak digunakan untuk menulis. 


Semua cara di atas sudah aku praktikan dan hasilnya adalah tulisan ini. Tulisan panjang pertama kali yang saya tulis setelah beberapa bulan hiatus karena kesibukan lain.


Jadi, tidak ada yang tidak mungkin, dong? Karena kamu juga bisa memulai lagi seperti aku. Sekian dan terima kasih.


Semoga bermanfaat dan salam literasi. 

Komentar

  1. Kalo menulis sih udah niat, cuma konsisten nya ini aja yang agak sulit

    BalasHapus
  2. Wahhh balik nulis lagi ya kak, memang kalau udah lama gak nulis waktu mau nulis tulisan baru seara berat banget

    BalasHapus
  3. Kadang yang bikin gak kuat nulis itu ya rasa bosan dalam diri sendiri. Tapi biasanya klo dipaksakan bisa juga. Aku juga mulai membaca lagi nih untuk memperbanyak kosata biar lancar nulis lagi

    BalasHapus
  4. Konsisten itu yang sulit, apalagi udah lama gak nulis 😁

    BalasHapus
  5. aku tipe penulis yang males baca, ujung ujungnya alat tempurnya itu itu aja, kaku dan apalah bahasanya, gimana tuh :D

    BalasHapus
  6. Kayak ceritakulah ini. Hiatus dari nulis blog hampir 7 tahun. Selalu ada kerinduan nulis cuma waktu itu lagi fokus kerja pas baru diterima. Ternyata banyak juga teman-teman internet marketer yang hiatus dan sekarang hanya beberapa yang fokus. Senengnya hisa kembali ke dunia blog walau awalnya agak sulit.

    BalasHapus
  7. Setujuuu bgt kak sama hal-hal yang menyebabkan writers block.. tapi aku selalu peratiin sih terutama di saat aku udah lama berenti baca buku (apapun itu) pasti menulisnya jadi berlipat-lipat lebih susah. Ga tau kenapa padahal kosakata di buku yang dibaca juga sebenernya bukan yang baru-baru banget juga kan ya.., tapi mungkin itu ada pengaruhnya sama membantu stimulus otak juga kali ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN - TIDAK ADA KEAJAIBAN SEPAGI INI

                     pic by pexels/lisafotios Keajaiban itu datang bersama kelebat angin yang berhembus Keajaiban itu datang seperti cahaya fajar dan senja yang memancar Keajaiban itu menyelip di antara bintang-bintang yang berkelip. ____ Aku baru saja tiba sore hari dan disambut tangis berderai darinya, wanita kesayanganku. Dia memegangi kedua tangan ini sambil menatapku nanar. Menggoncang-goncangkan tubuhku sambil tersedu. “Keajaiban itu ada kan, Dek? Arif pasti sembuh kan? Ya, kan?” Ah, pertanyaan itu. Ternyata dia benar-benar mendengarkan nasihatku kemarin. Keajaiban itu selalu ada, Kak. Dia datang melalui apapun. Arif kuat. Dia pasti sedang berjuang untuk tetap hidup . Sore kemaren aku menguatkannya dengan kata-kata itu dan hari ini dia menagihnya. Seakan akulah yang pantas memberikan keajaiban itu. Bahkan aku tak mampu untuk sekadar menjawab. Mungkin hanya pelukan  yang bisa kuberikan untuk menghangatkan hati ...